Wawancara Animasi [at] Dody Animation

10/22/12

Wawancara Animasi [at] Dody Animation


Bicara soal industri mungkin harus dikerucutkan lagi, industri yang mana dan seperti apa? Hmmm… atau mungkin belum ada industrinya? Kalau angka pastinya saya tidak tahu pasti. Jauh sejauh mana ukurannnya juga tidak jelas. Kalau ukurannya tayang di TV nasional mungkin kecil sekali, namaun kalau kita tilik dari berbagai media pembelajaran, website, jejaring sosial, komunitas, youtube, dll. Saya berani bilang sudah jauh sekali, alias berkembang [sangat] pesat. Banyak sekali parameter yang bisa dijadikan ukuran.

Sumber: Kutipan wawancara saya di Dody Animation 




Halo Mas Hizaro, bisa perkenalkan nama dan kegiatannya secara singkat.
Terimakasih. Nama saya Hizkia Subiyantoro, biasa dipanggil Hiza. Hizaro itu nama domain saya 2008 untuk menyingkat saja nama depan dan belakang. Temen-temen di komunitas Blender Indonesia biasa juga menyebut Kapten Blender, ah ga terlalu penting, silakan panggil apa saja
Kegiatan saya sekarang ini sedang memproduksi sebuah film pendek animasi di Open Studio Jogja. Rencana bulan oktober rilis. Kegiatan lainnya mengelola Open Studio Foundation untuk menggerakkan studio-studio dan cg artist yang aware terhadap perkembangan open source. Selain itu terus membuat dokumentasi dan research berhubungan dengan animasi Indonesia khususnya open source, nanti dikabari kalau sudah rilis. Sesekali juga diundang untuk mengisi seminar dan workshop di berbagai kampus dan kota-kota di Indonesia.
Bisa ceritakan tentang industri animasi di Indonesia. sudah sejauh mana?
Bicara soal industri mungkin harus dikerucutkan lagi, industri yang mana dan seperti apa? Hmmm… atau mungkin belum ada industrinya? Kalau angka pastinya saya tidak tahu pasti. Jauh sejauh mana ukurannnya juga tidak jelas. Kalau ukurannya tayang di TV nasional mungkin kecil sekali, namaun kalau kita tilik dari berbagai media pembelajaran, website, jejaring sosial, komunitas, youtube, dll. Saya berani bilang sudah jauh sekali, alias berkembang [sangat] pesat. Banyak sekali parameter yang bisa dijadikan ukuran.
Namun kalau ditanya perkembangan animasi open source [animasi yang sudah menggunakan software FOSS] saya bisa jawab. Saat ini sudah banyak studio-studio berbais open source, terutama Blender, berkembang di Jawa. Kit abisa sebut: Main Studio (Hebring) di Jakarta, Gunung Batu (Menggapai Bintang) & OHA Studio (SiNini) di Bandung, CCA (Cimahi Creative Association) di Cimahi, HICCA & CLEO di Jogja, DGM di Malang, ARK di Semarang, dan banyak studio lain yang karyanya bisa kita searching di google.
Secara pandangan awam saya, kok saya merasa kita ini tertinggal dengan negara tetangga seperti malaysia dan singapura dalam industri animasi. Bener gak tuh? dan kenapa menurut mas Hizaro?
Seperti pertanyaan diatas, harus dibagi dulu untuk bisa mengomentari sebuah Industri. Kalau tidak ada data valid akhirnya kita hanya “merasa” bukan “berpikir” bahwa kita ketinggalan dengan negara tetangga. Untuk di Indonesia saya pikir kita punya pangsa pasar (kalau berbicara audience) sendiri. Indonesia punya penonton sendiri yang tersebar di berbagai komunitas, bidang, dan wilayah regional. Jadi, parameter untuk mengukurnya juga harus jelas dan bisa jadi lain dengan parameter Industri seperti kebanyakan. Nah, benar tidaknya masing-masing bisa berpikir sendiri.
Namun yang pasti Animasi harus ditangani dengan serius, bukan main-main. Dalam arti lain ini bukan hobby sampingan atau bidang yang bisa dikelola sambillalu saja. Kita sebagai pelaku bergerak, mencipta, berkreasi, bergerilya, dan ber-evolusi saja. Nantinya akan tercipta sendiri apa yang menjadi rumus sesuai visi masing-masing [atau industri]. Dalam hal ini pemerintah sudah serius dan mau ‘merespon’ animasi walau pun masih dalah tahap euforia. Diambil positifnya saja, toh jika passion animasi ini dikelola, maka tidak akan lekang ditelan jaman.
Mas hizaro ini kan pendiri komunitas Blender Indonesia. sebenarnya apa sih Blender Indonesia itu?
Jika yang dimaksud blenderindonesia.org, maka YA saya yang mendirikannya bulan agustus 2009. Sebelumnya ada beberapa komunitas (blender-an, blenderia, dll) yang lebih dulu berdiri namun mungkin banyak kendala dan hambatan sampai akhirnya tutup.
Blender Indonesia sendiri adalah forum sederhana untuk belajar animasi 3D berbasis software Blender. Cita-cita saya waktu itu adalah mengumpulkan para mengguna software 3D Blender yang tersebar dan kurang terdokumentasi dengan baik. Dari situlah muncul komuitas ini. Sekarang sudah 3 tahun dan sudah berkembang pesat sehingga para user/aktifisnya sudah melebarkan sayap melalui studio-studio animasi yang tersebar di Indonesia ada juga beberapa lembaga pelatihan, unit kegiatan mahasiswa, dan komunita regional. Seiring perkembangannya Blender Indonesia tidak hanya sebatas di animasi 3d saja. Untuk itulah saya mendirikan Open Studio Society, sebuah studio non profit untuk research & development digital art berbasis FOSS. Sementara baru ada di Jogja.
Lantas bagaimana perkembangan komunitas Blender dan open source di Indonesia?
Sudah terjawab beberapa diatas. Saya tambahkan lagi. Perkembangannya sudah sangat signifikan, bisa dilihat begitu aktifnya kawan-kawan belajar Blender di forum, Facebook Group, postingan artwork, dll. Bahkan kini para penggiatnya sudah bekerja di beberapa studio animasi skala nasional dengan kualitas produk animasi yang hebat. Beberapa serial animasi (Menggapai Bintang, Songgo Rubuh) sudah tayang di TV nasional. Ada bocoran beberapa serial lain sedang diprodksi dan akan tayang dalam waktu dekat. Kita tunggu saja.
Mengenai pengaruhnya jelas sudah semakin luas, baik secara kuantitas dan kualitas produk animasi dengan software Blender. Tidak hanya itu, FOSS (free open source software) lain seperti GIMP (pengolah bitmap) dan Inkscape (pengolah vektor) serta sistem operasi linux khususnya Ubuntu sudah menjadi gaya hidup para seniman digital (animator, desainer, dll)
*Oya, animasi Hebring III (Main Studio) dan Si Nini (OHA Studio) pernah menjadi nominasi Suzanne Award 2010 & 2011, sebuah hajatan dunia yang digagas Blender Institute di Amsterdam. Keduanya masuk dalam kategori Best short movie dan best animation.
Ceritakan dong tentang perlunya menggunakan software open source/freeware.
Sebenarnya ini pilihan saja. Namun menurut pengalaman saya FOSS sangat bisa diandalkan untuk produksi animasi. Disamping kebebasannya, supporting komunitas juga sangat bisa diandalkan. Saya merekomendasikan untuk studio-studio yang baru mulai berkembang untuk mencoba menerapkan pipeline animasi dengan FOSS. Selain hemat, tanpa beli lisensi software, fleksibilitasnya sangat memanjakan pengguna, bisa berjalan di semua sistem operasi, dan tidak ‘rakus’ memakan hardware.
Untuk studio-studio profesional yang sudah terbiasa menggunakan propietary, mungkin Anda bisa menerapkan Blender dan software pendukung lain untuk menyelesaikan job-job modeling & arsitektural rendering, animasi, special FX, bahkan simulasi air, rambut, dan api. Flownya memang agak rumit, namun jika sudah terbiasa hal tersebut tidak masalah. Dari beberapa cerita teman-teman animator di periklanan, FOSS bisa digunakan berdampingan dengan software propietary. (50 : 50)
Yang banyak menjadi pertanyaan teman-teman yang sudah terbiasa menggunakan software animasi berbayar adalah, apakah Blender bisa menyamai kualitas software animasi berbayar?
Tidak ada yang menjamin kualitas dari software berbayar atau gratisan. Semua dikembalikan ke penggunanya. Kualitas bagus biasanya disertai dengan concept bagus, pra-produksi yang matang, selera sutradara/klien, dan timeline yang jelas. Jika ini sudah standar saya jawab: BISA menyamai
Berikan tips dong, bagimana dan apa saja yang perlu di persiapkan untuk memulai bisnis animasi.
Hmm…agak susah dimulai dari mana, semoga ini membantu:
PASSION menduduki posisi pertama. Dengan passion kuat kita akan terdorong semangat tanpa mengenal lelah. VISI saya pikir wajib! Mau dibawa kemana passion kita tadi. ARAH bisnis dan PERENCANAAN matang menjadi pelengkapnya.
1. Tentukan dulu potensi Anda, apakah cenderung ke ART atau TECHNIQUE? Keduanya akan berdampingan dan saling membantu. Namun fokus kepada kekuatan kita akan sangat menguntungkan didepan.
2. Ada 3 kategori besar di animasi: Film, Games, dan Broadcasting (penyiaran). Pilih salah satu targetnya. Ketiganya akan mempengaruhi proses pembelajaran, target bisnis, dan budaya perusahaan. Fokuslah pada pilihan model bisnis dan pangsa pasarnya.
3. Gandeng komunitas! Anda tidak bekerja sendiri dan butuh komunitas untuk mensupport produk. Dari komunitas inilah ada pasar, diskusi, kritik, bahkan SDM yang sudah siap ‘diunduh’.
4. FeedBack! Berikan timbal balik kepada pendidikan melalui workhsop, seminar, dll. Jika sudah berpengalaman. Ingat, feedback ini akan mempengaruhi regenerasi artist.
5. Partner bukan Klien! Partner itu berkolaborasi dan saling mensupport satu dengan yang lain. Klien hanya terbatas di bisnis semata, bahkan jika tidak hati-hati bisa menjadi batu sandungan. Carilah selalu partner dalam berbisnis atau klien yang tidak saja mengejar keuntungan semata. Bisnis yang sustainable akan mendorong ‘kesehatan’ perusahaan.
6. DO IT! Revolusi itu mencipta, maka learning by doing adalah hal terakhir yang bisa mewujudkan semuanya.
9. Terakhir, apa harapan Mas Hizaro untuk industri animasi Indonesia
Saya tidak berharap apa-apa, saya hanya BERKONTRIBUSI sebisa saya dan tentu atas bantuan teman-teman di komunitas. Animasi modern kita masih sangat muda dan perlu nutrisi-nutrisi yang positif (seperti tutorial dan sharingnya mas Dody). Yang jelas jangan lelah untuk berkontribusi, walau itu kecil. Ditangan yang membutuhkan, kontribusi kita sangatlah besar dan bermanfaat.
10. terimakasih atas kesempatannya dan waktunya untuk berbagi bersama teman-teman pencinta animasi Indonesia, semoga apa yang kita impikan dan harapkan dapat segera terwujud, amin.
Amin. Terimakasih untuk kesempatan wawancaranya. Sukses Dody Animation, terus berbagi positifisme di Indonesia.







1 komentar :

OpenBooknesia said...

sangat menginspirasi sekali, mas hiza. saya menjadi tmbh semangat untuk trus belajar. :D